Mengasah Keterampilan Berpikir Kreatif

Terampilan berpikir kreatif  merupakan salah satu kompetensi yang sangat penting dalam membangun pilar belajar yang bernilai untuk membangun daya kompetisi bangsa dalam meningkatkan mutu produk pendidikan. Kemampuan berpikir kreatif merupakan kecakapan mengolah pikiran untuk menghasilkan ide-ide baru agar produk bangsa kita tidak kalah oleh produk bangsa lain.
Kecakapan berpikir kreatif adalah kecakapan berpikir kritis.  Dalam web Komunitas Berpikir Kritis  dijelaskan bahwa berpikir kritis merupakan  aktivitas yang berdisiplin dalam  mengembangkan konsep,  menganalisis, mensintesis, dan_ atau mengevaluasi informasi yang dikumpulkan dari pengalaman mengobservasi, merefleksi, mengembangkan penalaran melalui komunikasi yang digunakan sebagai landasan mengembangkan keyakinan dan tindakan.
Terdapat perbedaan makna kecakapan berpikir kreatif dengan berpikir kritis. Pengembangan berpikir kreatif lebih menegaskan pada menghasilkan proses yang menghasilkan ide-ide baru. Sedangkan berpikir kritis lebih menekankan pada disiplin mengembangkan konsep,  menganalisis, mensintesis, dan_atau mengevaluasi informasi yang dikumpulkan sehingga memdapatkan kesimpulan yang tepat.

Keterampilan berpikir kreatif menurut Jurnal Harvard yang dikutip oleh Yodia Antariksa  memiliki empat pilar, yaitu
1 : Associating. ketrampilan mengkoneksikan sejumlah perspektif dari beragam disiplin yang berbeda sehingga membentuk  gagasan yang kreatif.  Asosiasi menggunakan kemampuan dan  kekayaan wawasan dan mengaplikasikannya dalam bidang tertentu  sehingga menghasilkan temuan baru yang inovatif.
2 : Questioning. Mengenai kecerdasan bertanya, Plato menyatakan  “Kecerdasan seseorang tidak diukur dari seberapa bagus ia memberikan jawaban, namun dari ketrampilannya meracik sebuah pertanyaan”. Di Inggris dikembangkan kriteria standar keterampilan bertanya yang sejak dulu Indonesia menggunakan dalam slogan, SIABIDIMAB (siapa, apa, bilamana, di mana, mengapa dan bagaimana)
Siswa yang kreatif adalah siswa yang selalu bertanya. Mereka mendedahkan serangkaian pertanyaan yang mereka rumuskan sehingga mendapatkan aneka gagasan baru. Di balik pertanyaan  terbentang luas hamparan gagasan kreatif yang menunggu untuk diekspresikan.
3: Observing. Kemampuan  melakukan observasi telah melahirkan banyak ide. Mengapa diadakan perjalan bisnis, study tour, studi bandin? Jawabannya, perjalanan selalu membawa berkah tumbuhya ide baru. Kemahiran siswa melakukan observasi dan ketajaman mencium peluang mengembangkan inovasi dibaliknya, merupakan energi siswa berkreasi. Salahnya banyak sekolah mengganti observasi lingkungan dengan cerita sehingga bangun imajinasi kreatif ditumpulkan guru-guru dalam kelas.
4 : Experimenting. Kita mengenal kisah indah dari Thomas Alva Edison yang  melakukan eksperimen sebanyak dua ribu kali sebelum akhirnya menemukan bohlam lampu yang sekarang membuat jutaan orang tidak tidur semalam suntuk, yang membuat pesawat terbang bebas terbang kapan saja, yang membuat pabrik beropresi siang malam sehingga menghabiskan sumber daya alam dengan cepat, yang membuat orang belajar di malam gelap.
Siswa yang kreatif yang tidak takut salah dan mencoba berulang-ulang sampai targetnya tercapai. Mereka juga tak pernah takluk ketika eksperimen gagasan barunya itu kandas. Mereka selalu terus mencoba dan mencoba, sehingga gagasannya berubah menjadi kenyataan.
Guru yang mampu mengembangkan kecakapan berpikir kritis adalah yang dapat menfasilitasi berkembangnya kecakapan siswa menyempurnakan, memperbaharui,  memperbaiki, membuat sesuatu lebih artistik, menngekspresikan imajinasinya sehingga memainkan segala sesuatu dalam pikirannya agar  lebih indah, lebih mudah, lebih praktis, lebih cepat, lebih kuat, lebih aman daripapada  sebelumnya.
Untuk mengembangkan sistem pembelajaran seperti yang diharapkan guru memang memiliki keterbatasan dalam  mengembangkan model pengaturan kelas, interaksi dalam kelas, skenario pembelajaran yang dirancang, materi yang disajikan, strategi pembelajaran yang harus dikemas dalam RPP, hingga harus mengejar target lulus Ujian Nasional.
Bagaimana guru mengembangkan pembelajaran yang memicu siswa berpikir kreatif?
Tugas utama guru dalam mengelola pembelajaran untuk mengasah keterampilan siswa berpikir kreatif mencakup peningkatan keterampilan guru dalam  merancang skenario mengelola kelas, merancang perencanaan  pembelajaran melalui perumusan RPP, menerapkan rencana pembelajaran dalam kegiatan belajar siswa, menilai proses dan hasil belajar, dan mengevaluasi pembelajaran.
Meningkatkan keterampilan guru dalam mengelola kelas. Pengelolaan kelas menggambarkan tetang proses untuk memastikan bahwa pembelajaran dalam kelas dapat berjalan lancar tanpa terganggu dengan perilaku prilaku siswa yang mengganggu (Wikipedia).
Dr Robert DiGiulio (Wikipedia) melihat manajemen kelas yang positif merupakan hasil dari terkelolanya empat faktor: bagaimana guru mempersepsikan  siswa mereka dilihat dari dimensi spiritual, bagaimana mereka mengatur lingkungan kelas dilihat dari dimensi fisik, seberapa baik mereka mengelola perilaku siswa  dilihat dari dimensi manajerial dan bagaimana mengajarkan  terampil penguasaan materi atau dilihat dari dimensi pembelajaran.
Pelayanan belajar yang adil kepada seluruh siswa dengan dilakukan secara ihlas merupkan kunci keberhasilan utama. Jika didasari dengan keihlasan, maka guru akan memperlakukan seluruh siswa secara adil. Yang memerlukan pelayanan lebih akan diberi lebih, yang memerlukan pelayanan cepat akan diberi layanan cepat. Kapasitas layanan diberikan sesuai dengan kebutuhan siswa belajar.
Pengaturan cara siswa duduk agar mereka dapat berkomunikasi, berinteraksi, dan berkolaborasi menjadi pertimbangan penting. Hal yang lebih penting lagi adalah memfasilitasi siswa mengekspresikan pikiran, bertanya, mengomentari, bebas dari rasa takut bersalah, adalah hal penting yang guru perlu kembangkan melalui penciptaan suasana kelas yang kondusif.
Pengaturan siswa belajar sangat dianjurkan tidak selalu menggunakan interaksi dalam kelas. Guru dapat mengatur siswa melakukan observasi lapangan untuk mengamati gejala alam atau gejala sosial di sekitar lingkungan sekolah. Pilar pengembangan keterampilan melakukan kegiatan observasi merupakan bagian penting dalam mengembangkan keterampilan berpikri kreatif.
Mulailah dengan merumuskan masalah, menentukan gejala yang akan dioberservasi, menghimpun data dalam bentuk catatan, foto, bukti  kegiatan dan siswa dapat kembali ke kelas untuk berdiskusi serta menyusun dan mengolah data serta menyusun kesimpulan.
Karya siswa yang telah siswa hasilkan melalui pengalaman belajar dipresentasikan dalaam kelompok. Hasil terbaik dipresentasikan kelompok dalam kelas. Peserta diskusi wajib mengajukan pertanyaan, jawaban, komentar, persetujuan, belajar berbeda pendapat, berbicara santun dan rendah hati.  Selanjutnya siswa mendapatkan tes yang harus dikerjakan secara individual. Begitulah contoh model pembelajaran yang bergerak dinamis.
Kebaikan lain yang perlu guru kembangkan adalah merancang dan mengelola prilaku siswa dalam kelas atau di luar kelas. Yang paling penting di sini adalah bagaimana proses belajar dengan menggunakan cara yang baru berjalan dan bagaimana hasil belajar yang lebih baik terwujud. Siswa dapat menunjukkan hasil belajarnya. Bisa dengan bantuan teknologi atau tanpa teknologi.
Pengembangan keterampilan berpikir kreatif merupakan level berpikir kelas tinggi. Hal ini harus tercermin dalam indikator hasil belajar yang guru kembangkan dalam RPP

Sumber : gurupembaharu.com/
0 Responses