Mengembangkan Kecakapan Berpikir Kritis
Menggunakan strategi inquiri lebih bagus…apabila kemampuan berpikir telah siswa kuasai. Terus memakai pendekatan konstektualnya harus bgaimna ? Bagaimana pula cara menghimpun datanya? Demikian pertanyaan dari Ibu Suci.
Pertanyaan datang pula dari Ibu Elli, bagaimana cara mengukur kemampuan berpikir kritis siswa? Tolong berikan satu contoh instrumen kemampuan berpikir kritis. Kalau bisa tentang suhu dan indikator berpikir kritis seperti dalam menyusun pertanyaan atau merumuskan pertanyaan.
Kedua pertanyaan itu mencakup konsep yang sangat luas. Oleh karena itu kita akan mencoba menjelaskan secara singkat.
Pertama, apakah berpikir kritis?
Pada artikel terdahulu pengertian yang sangat luas tentang berpikir kritis telah GP bahas (lihat pada artikel : Berpikir Kritis ). Berpikir Kritis memiliki pengertian yang bersinonim dengan pengambilan keputusan (decision making), perencanaan stratejik (strategic planning), proses ilmiah (scientific process), dan pemecahan masalah (problem solving).
Pengambilan keputusan pada hakekatnya sebagai proses pemecahan masalah. Oleh karena itu kedua istilah tersebut berada dalam ranah yang sama, yaitu mengembangkan kecakapan berpikir siswa dengan indikator seperti di bawah ini.
Contoh, siswa membuat rencana untuk memperbaiki kebersihan dan keindahan kelas dan halaman kelas. Atau siswa mengembangkan program agar sekolahnya menjadi juara sekolah sehat tingkat kecamatan.Jika siswa memperoleh tugas seperti itu, maka maka hasil belajar berupa model program yang memerlukan keterampilan berpikir kritis.
Keterampilan berpikir kritis pada contoh di atas ditunjukkan dengan tiga tahap penguasaan ilmu pengetahuan.
Pertama, menguasai ilmu pengetahuan. Kegiatan dimulai dengan mengetahui serta meningkatkan pemahaman suatu topik yang siswa pilih. Dalam tahap ini kita gunakan proses mengeksplorasi informasi dengan cara menyusun sejumlah informasi yang sudah siswa ketahui dan informasi yang hendak siswa kuasai.
Contoh, siswa mengeksplorasi masalah ” Mengapa suhu naik atau turun?”
Tahap berikutnya adalah meningkatkan pemahaman. Informasi yang sudah siswa dapat dielaborasi dan dianalisis. Siswa mendalami pemahaman dengan menggunakan berbagai sumber informasi. Dalam meningkatkan pemahaman dapat menggunakan informasi bahwa banyak pihak yang berdebat mengenai bumi makin panas. Namun pada saat ini bumi malah makin dingin. Banyak orang di berbagai negara meninggal karena kedinginan.
Proses elaborasi merupakan tahap seseorang lebih mengerti tentang apa yang dipikirkannya. Di sini mereka memperluas dan memperdalam pemahaman. Proses ini mendorong siswa menggunakan pikirannya untuk mencapai target yang ingin diketahuinya, dalam praktek pembelajaran target itu ada dalam indikator dan tujuan.
Langkah ketiga dalam penguasaa ilmu adalah aplikasi. Jika siswa tidak dapat mengaplikasikan pemikiran dan pengetahuan pada kehidupan nyata, menerapkannya untuk hal yang bermanfaat bagi kehidupan, maka siswa sesungguhnya belum mengetahui pentingnya memikirkan suatu topik.
Jika siswa mengetahui kalimat, maka mereka bisa membuat kalimant. Jika mereka mengetahui jenis surat, mereka harus dapat menulis surat. Jika mereka memahami suhu, maka mereka harus terampil menggambarkan dampak suhu terhadap kehidupan.
Di negara maju seperti Amerika, kecakapan berpikir kritis siswa ditetapkan standarnya. Misalnya siswa terampil menjawab dengan jelas pertanyaan seperti di bawah ini.
Pertanyaan untuk memahami target atau tujuan.
Kembali ke strategi inquiri pada dasarnya untuk meningkatkan peluang agar siswa dapat mengembangkan daya inisiatifnya dalam menjawab rasa ingin tahu. Agar belajar siswa terarah, maka sebelum belajar dimulai guru hendaknya merancang terlebih dahulu, tujuan siswa belajar, informasi yang perlu siswa kuasai, keterampilan siswa berpikir dalam memecahkan masalah, cara menggunakan pengetahuan untuk menghasilkan karya, hingga karaker yang hendak guru tanamkan.
Agar pemahaman siswa membumi. Marilah kita kembangkan cara mengajar yang dimulai dari yang telah siswa kuasai dan dari lingkungan siswa hidup. Mengherankan jika kita dapat menemukan sekolah di sekitar laut, namun tak ada kata laut, pantai, dan keterampilan yang terkait dengan itu di kurikulumnya.
Juga mengherankan jika kita dapati, ada sekolah di sekitar kebun sawit, ada ada kata sawit di kurikulumnya. Yang terakhir ini untuk menjawab tentang pentingnya pembelajaran inquiri itu membumi di kehidupan siswa.
Salam.
Sumber : gurupembaharu.com/
Pertanyaan datang pula dari Ibu Elli, bagaimana cara mengukur kemampuan berpikir kritis siswa? Tolong berikan satu contoh instrumen kemampuan berpikir kritis. Kalau bisa tentang suhu dan indikator berpikir kritis seperti dalam menyusun pertanyaan atau merumuskan pertanyaan.
Kedua pertanyaan itu mencakup konsep yang sangat luas. Oleh karena itu kita akan mencoba menjelaskan secara singkat.
Pertama, apakah berpikir kritis?
Pada artikel terdahulu pengertian yang sangat luas tentang berpikir kritis telah GP bahas (lihat pada artikel : Berpikir Kritis ). Berpikir Kritis memiliki pengertian yang bersinonim dengan pengambilan keputusan (decision making), perencanaan stratejik (strategic planning), proses ilmiah (scientific process), dan pemecahan masalah (problem solving).
Pengambilan keputusan pada hakekatnya sebagai proses pemecahan masalah. Oleh karena itu kedua istilah tersebut berada dalam ranah yang sama, yaitu mengembangkan kecakapan berpikir siswa dengan indikator seperti di bawah ini.
- Siswa merumuskan pernyataan masalah
- Siswa menghimpun informasi untuk memecahkan masalah yang telah dirumuskannya.
- Siswa menyusun sejumlah alternatif pemecahana masalah.
- Siswa menetapkan keputusan memilih satu prioritas pemecahan masalah yang terbaik, yaitu yang memiliki resiko terkecil.
- Siswa pemecahan masalah dengan mengemukankan berbagai pendapat dan pandangan untuk menjawab masalah mereka secara secara kritis.
Contoh, siswa membuat rencana untuk memperbaiki kebersihan dan keindahan kelas dan halaman kelas. Atau siswa mengembangkan program agar sekolahnya menjadi juara sekolah sehat tingkat kecamatan.Jika siswa memperoleh tugas seperti itu, maka maka hasil belajar berupa model program yang memerlukan keterampilan berpikir kritis.
Keterampilan berpikir kritis pada contoh di atas ditunjukkan dengan tiga tahap penguasaan ilmu pengetahuan.
Pertama, menguasai ilmu pengetahuan. Kegiatan dimulai dengan mengetahui serta meningkatkan pemahaman suatu topik yang siswa pilih. Dalam tahap ini kita gunakan proses mengeksplorasi informasi dengan cara menyusun sejumlah informasi yang sudah siswa ketahui dan informasi yang hendak siswa kuasai.
Contoh, siswa mengeksplorasi masalah ” Mengapa suhu naik atau turun?”
Tahap berikutnya adalah meningkatkan pemahaman. Informasi yang sudah siswa dapat dielaborasi dan dianalisis. Siswa mendalami pemahaman dengan menggunakan berbagai sumber informasi. Dalam meningkatkan pemahaman dapat menggunakan informasi bahwa banyak pihak yang berdebat mengenai bumi makin panas. Namun pada saat ini bumi malah makin dingin. Banyak orang di berbagai negara meninggal karena kedinginan.
Proses elaborasi merupakan tahap seseorang lebih mengerti tentang apa yang dipikirkannya. Di sini mereka memperluas dan memperdalam pemahaman. Proses ini mendorong siswa menggunakan pikirannya untuk mencapai target yang ingin diketahuinya, dalam praktek pembelajaran target itu ada dalam indikator dan tujuan.
Langkah ketiga dalam penguasaa ilmu adalah aplikasi. Jika siswa tidak dapat mengaplikasikan pemikiran dan pengetahuan pada kehidupan nyata, menerapkannya untuk hal yang bermanfaat bagi kehidupan, maka siswa sesungguhnya belum mengetahui pentingnya memikirkan suatu topik.
Jika siswa mengetahui kalimat, maka mereka bisa membuat kalimant. Jika mereka mengetahui jenis surat, mereka harus dapat menulis surat. Jika mereka memahami suhu, maka mereka harus terampil menggambarkan dampak suhu terhadap kehidupan.
Di negara maju seperti Amerika, kecakapan berpikir kritis siswa ditetapkan standarnya. Misalnya siswa terampil menjawab dengan jelas pertanyaan seperti di bawah ini.
Pertanyaan untuk memahami target atau tujuan.
- Apa tujuan anda, saya, kita mengerjakan…..?
- Apa tujuan pekerjaan, percobaan, kegiatan belajar ….?
- Apa tujuan pertemuan ini?
- Apakah tujuan pendidikan?
- Apakah tujuan belajar?
- Mengapa Anda menjelaskan hal itu?
Kembali ke strategi inquiri pada dasarnya untuk meningkatkan peluang agar siswa dapat mengembangkan daya inisiatifnya dalam menjawab rasa ingin tahu. Agar belajar siswa terarah, maka sebelum belajar dimulai guru hendaknya merancang terlebih dahulu, tujuan siswa belajar, informasi yang perlu siswa kuasai, keterampilan siswa berpikir dalam memecahkan masalah, cara menggunakan pengetahuan untuk menghasilkan karya, hingga karaker yang hendak guru tanamkan.
Agar pemahaman siswa membumi. Marilah kita kembangkan cara mengajar yang dimulai dari yang telah siswa kuasai dan dari lingkungan siswa hidup. Mengherankan jika kita dapat menemukan sekolah di sekitar laut, namun tak ada kata laut, pantai, dan keterampilan yang terkait dengan itu di kurikulumnya.
Juga mengherankan jika kita dapati, ada sekolah di sekitar kebun sawit, ada ada kata sawit di kurikulumnya. Yang terakhir ini untuk menjawab tentang pentingnya pembelajaran inquiri itu membumi di kehidupan siswa.
Salam.
Sumber : gurupembaharu.com/