Berpikir Kreatif

Menunjukkan kemampuan berpikir logis, kritis, kreatif, dan inovatif  merupakan kompetensi siswa yang harus guru kembangkan. Jika pada halaman sebelumnya telah  penulis  sajikan  tentang berpikir  kritis, maka pembahasan berlanjut pada pengembangan berpikir kreatif.
Tudor Rickards dalam buku Creativity and the managment of change (hal.22) menyatakan bahwa berpikir kreatif berkenaan dengan proses kegiatan untuk menghasil sesuatu yang berhubungan dengan proses menghasilkan ide baru yang bernilai. Baru itu bisa menurut penilaian orang yang menghasilkan pemikiran baru atau menurut  penilaian  sekelompok orang dalam masyarakat luas.
Selanjutnya Tudor menyatakan pula bahwa berpikir kreatif dan pemecahan masalah secara kreatif berbeda dengan berpikir rasional dan pemecahan masalah. Pemikiran tersebut beralasan karena dalam tindakan kreatif ditandai dengan adanya  ide, proses berpikir, atau  produk baru yang bernilai.

Persoalan utama yang dihadapi dunia pendidikan kita pada saat  ini adalah bagaimana mengembangkan kemampuan berpikir kreatif siswa dalam kegiatan pembelajaran. Pecahannya adalah bagaimana proses pembelajaran perlu dibangun dan apa produk yang harus siswa hasilkan.
Persoalan ini menyangkut proses belajar dan hasil belajar yang tidak hanya menyangkut tugas dan beban kerja guru, namun menjadi tugas kepala sekolah, lembaga pendidikan, bahkan para pemangku kebijakan  pendidikan pada umumnya.
Menurut Ellis yang dipublikasikan melalaui ec.europa.eu/…learning…/creativity/e llis menyatakan bahwa kecakapan berpikir kreatif dapat diukur dengan berbagai indikator prilaku belajar siswa seperti di bawah ini.
  • Menunjukkan sikap  percaya diri, mandiri, dan menyenangkan. Kemandirian siswa dalam berpikir terlihat menunjukkan kesenangan terhadap hal yang dipelajari, terintegrasi dan fokus pada pokok bahasan, menunjukan sikap empati dan keterlibatan emosional pada hal yang dilakukan, dan menunjukkan motivasi diri untuk mencapai target yang diharapkannya.
  • Aktif berkolaborasi dan berkomunikasi yang dapat dilihat dalam prilaku yang dapat bekerja untuk mewujudkan tujuan melalui kerja sama dalam kelompok, aktif berdiskusi dalam tim, memberikan saran dengan penuh pertimbangan, mendengar dengan serius, merespon dengan sungguh-sungguh, mengatasi masalah dan mengungkapkan gagasan.
  • Bertindak kreatif yang ditandai dengan munculnya kemampuan untuk mengintegrasikan berbagai ide dalam rumusan singkat, bertanya, menghubungkan gagasan yang satu dengan gagasan lain, mengambil resiko, dan melakukan percobaan, mengekspresikan pikiran sendiri dalam produk belajar yang artistik.
  • Menunjukkan daya imajinasi dan mampu memainkan yang ditunjukkan dengan kemampuan mengidentifikasi, melakukan eksplorasi berbagai alternatif,  mengembangkan berbagai perencanaan atau program, mendemonstrasikan perkembangan secara atistik yang didukung dengan kecapan yang spesifik, dan kemampuan mengontrol yang semakin meningkat.
  • Berpengetahuan dan memiliki pemahaman yang ditunjukkan dengan kesadaran untuk membedakan berbagai format, gaya, atistik, taradisi kultural, dan melakukan berbagai teknik melakukan berbagai hal secara kreatif.
    uses subject specific knowledge and language with understanding
  • merefleksikan dan mengevaluasi yang ditandai dengan kemampuan merespon, berkomentar, mengerjakan sendiri, sehingga dapat menunjukkan pengembangan daya berpikir logis,  artistik, imajinatif. dalam bekerja, dan mampu mengevaluasi pekerjaan yang dialaminya.
Dari uraian di atas dapat kita pahami bahwa pembelajaran yang kondusif untuk menumbuhkan kecakapan berpikir kreatif perlu memerlukan dukungan suasana belajar yang memungkinkan siswa bebas mengembangkan pikirannya melalui pengembangan kerja sama yang menyenangkan hatinya, telepas dari sikap tidak sungkan bicara, bebas berkomunikasi antar sesama siswa serta efektfi berkomunikasi dengan guru  sehingga kelas memfasilitasi siswa bekerja sama melalui interaksi sosial yang dinamis dalam kelas.
Kerja sama, komunikasi, interaksi, mendengarkan, mengomentari, bertanya, menjawab pertanyaan dan mengekspresikan pikiran merupakan prilaku yang paling penting untuk mengembangkan kemampuan berpikir kritis. Semua prilaku tersebut merupakan bagian dari proses belajar.
Hal yang penting juga dalam pengembangan kemampuan berpikir kreatif adalah suasana belajar yang mengembangkan kebebasan siswa dalam mengekspresikan pikiran, mengembangkan daya imajinasi, mengembangangkan daya eksplorasi, menyatakan pikiran dalam menghasilkan karya yang terbarukan dan bernilai.
Oleh karena itu, dalam mengembangkan kecakapan berpikir kritis diperlukan ide-ide atau karya yang akan dikembangkan sehingga lebih bernilai atau baik proses maupun hasil belajar harus berbeda dan lebih baik daripada sebelumnya.
Konsekuensi dari itu, guru dan siswa perlu memiliki model proses atau hasil karya yang akan diperbaharui. Misalnya, karya terbaik siswa yang telah dibuat tahun sebelumnya baik dari hasil karya siswa di sekolah sendiri atau dari sekolah lain.  Gagasan yang telah ada dan akan dikembangan agar menjadi lebih sesuai dengan perkembangan teknologi, majalah dinding terbaik yang dibuat oleh siswa dari sekolah lain, karya hasil perobaan sebelumnya.
Tugas sekolah dalam mengembangkan keterampilan berpikir kreatif yaitu menentukan target pelaksanaan pembelajaran yang kreatif untuk meningkatkan keterampilan guru dan siswa berpikir kreatif. Sekolah mendeskrpsikan  cita-cita dalam perencanaan dan menentukan strategi untuk mencapai cita-cita itu.
Rencana itu perlu dijabarkan lebih lanjut dalam pengembangan dan pelaksanaan kurikulum serta  cara mengukur keterlaksanaannya. Kelemahan yang kita dapatkan di sekolah pada saat ini adalah secara kelembagaan sekolah belum menetapkan target dalam program untuk mengembangkan kecapan berpikir kreatif menjadi komponen kegiatan dalam program yang terdeskripsikan.
Kepala sekolah belum fokus  untuk mengukur pencapaian sekolah dalam mengembangkan kecakapan siswa berpikir kreatif. Karena itu, guru-guru kurang mendapat  dorongan untuk mengembangkan kecakapan ini sehingga luput dari perhatiannya.
Bepikir kritis hingga saat ini baru kita sentuh kulitnya,  cuma baru pandai menyisipkan dalam bentuk kata indah dalam standar, namun miskin maknanya karena kita sendiri belum memiliki alat ukur yang spesifik untuk mengetahui posisi keterpenuhan kriteria proses dan hasilnya.

Penulis: Rahmat
Sumber : gurupembaharu.com

Published on: Mar 26, 2012
Referensi:
  • Tudor Rickards, 1999. Creativity and The Management of Change, University of Oklahoma, dan Pricipal of Vangundy & Associates. Blackwell
  • www. ec.europa.eu/…learning…/creativity/e llis
0 Responses